Ilustrasi: Fatwa Jaka S |
Aplikasi Clubhouse sebenarnya telah diluncurkan pertama kali pada Maret 2020 lalu. Namun, mendadak booming di Indonesia pada tahun 2021 ini setelah pendiri perusahaan Tesla, Elon Musk mempromosikannya.
Clubhouse sendiri adalah sebuah platform digital yang memungkinkan setiap penggunanya membuat dan tergabung ke dalam room berdasarkan tema yang diminatinya. Aplikasi ini dapat menjangkau hingga raturan pengguna dalam satu roomnya. Banyak yang mengatakan bahwa Clubhouse ini hampir sama dengan podcast karena memang aplikasi ini hanya disajikan dalam bentuk audio, tanpa teks, namun bersifat real time. Selain itu sisi lain yang menjadi menarik dari Clubhouse ialah kita harus diiundang terlebih dahulu oleh pengguna lain agar dapat tergabung menjadi member.
Di dalam aplikasi ini, kita dapat menjumpai banyak pembicara keren, misalnya dari para raksasa Silicon Valley seperti pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Tak salah memang apabila Clubhouse sering disebut sebagai platform yang eksklusif. Karena Clubhouse ini hanya tersedia pada iOS, yaitu iPhone saja. Hal ini tentu membuat Android sedikit gigit jari.
Namun kabarnya, pada Mei 2021 ini Clubhouse akan tersedia di platform Android. Hal ini disampaikan oleh pihak Clubhouse sendiri yang akan meluncurkannya dengan versi beta di Android. Kabar ini tentu akan membawa angin segar bagi para peminat dari aplikasi Clubhouse yang telah menanti sedari lama peluncurannya di Android.
Meskipun sebentar lagi akan tersedia di Android, nampaknya taji Clubhouse mungkin tidak akan bertahan terlalu lama. Hal ini tentu beralasan, karena pertama berdasarkan data dari Sensor Tower mengenai unduhan Clubhouse pada awal 2021 memang mengalami peningkatan unduhan sebanyak 9,6 juta kali per Februari 20201. Namun akhir-akhir ini malah terdapat penurunan total unduhan yang merosot tajam menjadi hanya 900.000 ribuan kali.
Kedua, masyarakat Indonesia cenderung mudah untuk terbawa sesuatu yang tengah menjadi tren. Katakanlah Pokemon Go yang saat itu begitu gempar dan menjadi trendy bagi publik. Namun dewasa ini justru game tersebut malah mulai ditinggalkan dan masyarakat mulai kembali beralih ke game yang sedang menjadi tren seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan sejenisnya.
Ketiga, aplikasi Clubhouse ini dinyatakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bahwa akan diblokir. Aplikasi ini dinyatakan belum terdaftar di Kominfo sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE). Guna mengantisipasi hal tersebut, tentu Clubhouse harus mendaftarkan diri. Apabila tidak segera ditindak lanjuti oleh pihak Clubhose, sanksi administrasi berupa pemutusan akses akan diterima karena sesuai dengan Peraturan Menteri Kominfo No. 5 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik.
Lalu, yang keempat ialah munculnya pesaing-pesaing baru dari aplikasi sejenis Clubhouse. Sebut saja Spaces dari Twitter yang merupakan fitur terbaru Twitter yang memang sudah diluncurkan ke publik. Selain itu ada pula Telegram yang juga meluncurkan fitur sejenis dengan Clubhouse hingga raksasa Facebook dengan fiturnya yang diberi nama Live Audio Rooms. Fitur-fitur sejenis dari para pesaing Clubhouse ini tentu harus dicermati dengan baik oleh Clubhouse itu sendiri jika tidak ingin kepopulerannya terus merosot.
Kelima, yaitu soal kebocoran dan keamanan data. Pihak Clubhouse baru-baru ini mengumumkan bahwa terjadi kebocoran dan privasi data dari penggunanya. Hal ini bisa saja berdampak negatif bagi popularitas dari Clubhouse itu sendiri. Mungkin Clubhouse bisa belajar dari Zoom Meetings yang juga pernah diisukan mengalami kebocoran data penggunanya.
Dari hal-hal di atas tentu apabila Clubhouse ingin bertahan lama atau justru ingin kembali meningkatkan popularitasnya, harus ada inovasi-inovasi terkait guna mengatasi hal tersebut. Taring tajam dari Clubhouse ini jangan sampai meredup seperti Yahoo yang dahulu sempat menjadi ‘raja’ sebelum digusur oleh Google, lalu Path yang juga harus kandas karena kalah saing dengan Instagram, Facebook dan platform sejenis lainnya.
0 Comments