Agus Buntung : Topeng di Balik Senyuman, Menyimpan Trauma di Hati Korban

Agus Buntung saat diperiksa kepolisian. Foto: Antara


Penulis: Jihan Nissa


SIAPA sangka di balik senyum ramah dan penampilan sederhana tersimpan kegelapan hati yang begitu dalam? 

Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh I Wayan Agus Suartama atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Agus Buntung” telah mengguncang masyarakat Nusa Tenggara Barat. Kisah Agus Buntung bagaikan cermin yang memantulkan sisi gelap dari manusia, di mana kejahatan bisa mengintai kita di mana saja, bahkan di balik topeng keterbatasan fisik.

Agus Buntung, seorang pemuda yang memiliki disabilitas pada fisiknya diduga memanipulasi berbagai wanita dengan upaya pelecehan seksual. Modusnya yang begitu licik dengan memanfaatkan kondisi fisiknya, untuk menarik simpati serta kepercayaan korban dan melancarkan aksinya.

Kasus ini menimbulkan banyak spekulasi dan pertanyaan publik. Bagaimana mungkin seorang penyandang disabilitas yang seharusnya mendapatkan perilndungan dan perhatian lebih justru terlibat dalam tindakan pelecehan seksual? Mengapa kasus pelecehan seksual yang melibatkan penyandang disabilitas seringkal dianggap tabu? Di sisi lain, kasus ini juga menimbulkan keraguan dan kekhawatiran terhadap pemahaman masyarakat tentang disablitas serta kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh mereka dalam melakukan tindakan kriminal. 

Mengapa kasus pelecehan seksual yang melibatkan penyandang disabilitas seringkal dianggap tabu? Di sisi lain, kasus ini juga menimbulkan keraguan dan kekhawatiran terhadap pemahaman masyarakat tentang disablitas serta kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh mereka dalam melakukan tindakan kriminal. 

Para korban yang berani bersuara mengungkapkan trauma yang mendalam pada apa yang mereka alami. Banyak dari mereka yang merasa bersalah dan takut untuk melaporkannya karena khawatir banyak pihak yang tidak akan percaya. Kasus ini seharusnya membuka mata kita betapa rentannya korban pelecehan seksual. Banyak korban yang memilih bungkam karena rasa takut, malu, ataupun merasa bersalah. Mereka merasa terisolasi dan kesulitan untuk mencari siapa yang akan membantu dirinya.

Kini, Agus Buntung sudah ditetapkan sebagai tersangka. Apa yang harus kita lakukan? Tetap waspada. Kita perlu berhati-hati dan tidak mudah terperdaya oleh orang yang tidak dikenal. Kasus ini mengingatkan kita bahwa kejahatan seksual bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia, gender, ataupun latar belakang sosial.




Tulisan ini adalah bentuk kolaborasi antara Kanal Perspektif Media dan Lokatara Telkom University.

Tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Post a Comment

0 Comments